kau yang terindah
kataku setiap melihat senyummu
dalam hati, aku selamanya mengagumimu
kau cahaya itu
pengagum yang kehilangan arah
pada satu kegelapan, untuk satu langkah
aku beruntung
kataku setiap mencuri pandang
di sudut ruangan yang selalu kau lewati
kau suara itu
untuk hati pengagum yang sepi
tanpa getaran, tanpa siulan
hanya napas yang terengah-engah
lalu bersandar mengharap ada bisikmu
walau hanya satu kata “iya”
kau bahagia itu
pada rasa yang paling dalam
tersenyum pada tiap sapa
ada getaran pada sudut rekah bibir
ingin memelas, tapi canggung memeras
aku hanya apalah
selalu berharap mendapat senyummu
pada pagi, bersama ciutan burung agapornis
atau hanya memandangi selaksa gambaranmu
di senja, di sudut bangunan bercat cerah
aku adalah pengagummu yang selalu merindu
menanti hari, aku melengkapi selah jemarimu
atau sekadar menyapamu di sepertiga malam
dengan bisikan selembut napas
lalu menutup malam dengan berkat di keningmu
ah sudahlah, itu masih terlalu lama menanti
aku masih terlalu jauh
masih ada laut memisah
masih ada cita memenjara
masih ada masa lalu menjaga
dan kau masih ada di dalam mimpi
0 komentar:
Posting Komentar