~Pada akhirnya, cerita ini tentangmu kawan
Pejuang angka delapan~
Bersama percikan air lembut yang melebat menjadi hujan Desember, aku ingin bercerita tentang hari.
Ada tawa dari lawakan sederhana, dengan rona yang tak pernah sirna, di sisi wajah tepat di bawah pelipismu.
Ini tentang kita,menertawai kesalahan-kesalahan kecil, seperti lupa menulis “s” pada kata berjamak atau kehilangan “i” pada ejaan kata yang umum.
Kau tau, namamu begitu sempurna karena dua kata itu, bukan?
Pada kursi tanpa sandaran, yang selalu menopang berat tubuhmu, aku ingin membuat mu terbahak pada satu tindakan bodohku, tapi malah kau yang membuatku tersipu malu hanya dengan satu tatapmu.
Tapi aku tak ingin bercerita tentangmu
Ini tentang kalian, para pemimpi kelas atas, para penghabis kertas dengan satu coretan, para penikmat kopi dan mimpi teraduk dari keringat dan mata panda yang mulai terlihat
Aku tak butuh mengenalmu lebih jauh kawan, cukup kalian begitu dekat denganku saat membahas buku setebal roman cinta paling indah yang pernah kubaca di perpustakaan kotaku.
Aku juga tak tertarik dengan leluconmu mu, karena cukup kehadiranmu, bahagiaku tak akan pudar hari itu.
Aku tak ingin bercerita lagi, tentang kita dan 3,577,679 detik terlewatkan dengan seribu satu sapaan padamu.
Entah tegurmu mendahului sapaanku atau aku yang menunggu tegurmu
Atau kita perlu kopi untuk memaksa kita bermain permainan klasik “jujur atau berani” atau sekadar mengilur ngadul cerita dalam imaji tanpa batas, hingga tak ada lagi tawa terkendali
Pada akhirnya, cerita ini tentangmu kawan
Pejuang angka delapan
Kau tahu, akan selalu ada tangan kawanmu mengadah mendoa, mengulur merangkul, dan mendorong lalu menopang pada satu tujuan yang sama kita tunjuk
Kau tahu kawan, aku ada maka kau disampingku, kau ada maka aku bersamamu
0 komentar:
Posting Komentar