Sabtu, Januari 21, 2012

Pantaskah Wakil Rakyat Bermewah-mewahan?

Sepekan terakhir ini ada dua hal yang sering terlihat di media massa yaitu penyambutan perayaan imlek dan pengadaan barang-barang mewah di ruang DPR. Kedua hal tersebut mempunyai persamaan dan juga perbedaan. Persamaan yang saya maksud adalah sama-sama terlihat mewah. Ketika perayaan imlek bermewah-mewahan dengan acara amal, kembang api, kegiatan-kegiatan yang tentunya bernilai besar jika dirupiahkan dan orang yang merasa bahagia bukan hanya yang merayakannya saja tetapi masyarakat sekitarnya terutama orang-orang yang kekurangan juga merasakan percikan bahagia dari yang merayakannya.
Lain halnya dengan pengadaan fasilitas di gedung DPR yang diduga memakan miliaran rupiah yaitu sekitar Rp 20,3 milliar (http://www.indonesiamedia.com/2012/01/18) itu tentu saja membuat penggunanya (baca: wakil rakyat) merasa "bahagia".

Namun bedanya adalah rakyat yang pada dasarnya merupakan tanggung jawab dari anggota DPR merasa terabaikan, terkhianati, dan bahkan rakyat merasa dijadikan tunggangan untuk mendapatkan fasilitas yang serba mewah tersebut.
Ketika rakyat yang jelata yang tingkat kemiskinannya sekitar 29,89 juta atau sekitar 12,36 % dari penduduk Indonesia (data BPS September 2011) membutuhkan uluran tangan dari "wakil" mereka. Namun wakil tersebut hanya duduk dengan santai di gedung serba mewah dengan fasilitas yang mewah pula. Saya kemudian berpikir apakah harus wakil kami menduduki kursi yang seharga puluhan juta? Pantaskah wakil kami menghirup aroma pengharum ruangan yang seharga miliaran rupiah? Sebandingkah dengan kinerja-kinerja mereka dalam menyuarakan aspirasi rakyat yang ada di bawahnya?
Mungkin jawabannya sudah kita dapat tebak dengan melihat, menyimak, dan memperhatikan kehidupan masyarakat sekitar kita dan fasiltas umum yang kita gunakan.

0 komentar:

Posting Komentar