Jumat, Januari 13, 2012

The Freedom Writers of Jail; Terapi Menulis bagi Narapidana Remaja Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Sungguminasa

Lembaga Pemasyarakatan umumnya disebut penjara merupakan tempat yang menakutkan dan sangat tidak terpuji bagi masyarakat. Penjara memiliki image yang buruk bagi masyarakat. Seseorang yang pernah menghuni penjara, walau hanya sehari, dipandang negatif oleh masyarakat sebagai sampah yang patut dicurigai dan diwaspadai.
Seorang tahanan akan dikucilkan oleh masyarakat baik saat masih dalam masa tahanan maupun pasca pidana. Namun, sampai saat ini belum ada seorangpun yang mengerti penderitaan mereka. Pandangan yang buruk dan anggapan aib  menyebabkan tidak banyak keluarga yang datang menjenguk sehingga membuat narapidana merasa terbuang dari keluarganya.
Seorang narapidana yang telah bebas selalu merasakan kekhawatiran terhadap image masyarakat yang memandang narapidana sebelah mata yang menyebabkan ruang gerak mereka menjadi sempit sehingga mereka tidak tahu mesti kemana, mereka juga tidak tahu harus bekerja apa karena tidak ada lowongan pekerjaan untuk mereka.
Tekanan batin yang mereka rasakan ibarat sebuah pepatah ”sudah jatuh, tertimpa tangga pula”. Kurangnya keterampilan yang mereka miliki dan stereotip masyarakat yang buruk terhadap mereka membuat mereka semakin tertekan. Tak jarang beberapa mantan narapidana harus kembali ke sel karena tekanan yang mereka hadapi ketika bebas membuat mereka kembali melakukan kejahatan.
Narapidana adalah komunitas manusia yang memiliki tingkat kecemasan dan stress yang tinggi sehingga mereka membutuhkan pelarian dari kecemasan dan stress. Oleh karena itu, narapidana ataupun mantan narapidana memerlukan wadah untuk menyalurkan atau berbagi dengan orang lain tentang kecemasan dan stress yang mereka alami.
Pada kenyataannya, selama masa tahanan, narapidana tidak memiliki teman berbagi dalam suasana kehidupan yang kasar dan penuh persaingan keras. Bahkan, saat pasca pidana, mereka tidak mempunyai teman berbagi, baik dari keluarga maupun teman, karena status ”narapidana” yang membuat mereka semakin tertekan dan terkucilkan.
Hal ini juga dialami oleh narapidana yang masih remaja. Perasaan tertekan dan terkucilkan yang mereka alami akan menghambat proses perkembangan mereka dimana dalam psikologi perkembangan, masa remaja merupakan salah satu tahap yang dialami oleh seorang anak untuk mencari identitas diri dan motivasi untuk berkarya sangat besar.
Seorang remaja yang menyandang status narapidana akan sulit untuk mencari identitas diri dan menghasilkan suatu karya. Untuk membantu mereka dalam mengembangkan potensi diperlukan suatu kegiatan yang mampu mengembalikan konsep diri positif bagi mereka sehingga menjadi penawar hati dan alternatif kegiatan bermanfaat yang dapat menjadi tempat katarsis masalah, mengurangi kecemasan, dan manajemen stress yang konstruktif. Sedangkan pembinaan yang diberikan di lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Sungguminasa belum efektif untuk dijadikan sebagai media untuk mengurangi kecemasan, dan menjadi tempat katarsis masalah.   
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menuangkannya dalam bentuk kata-kata. Dengan menulis isi hati pada suatu diari dapat menjadi tempat katarsis yang aman. Dengam menulis diharapkan dapat menghasilkan suatu buku yang memuat tentang kisah hidup narapidana yang bisa menjadi media inspirasi untuk semua orang. Dengan adanya hasil karya berupa buku yang di dalamnya termuat tulisan tentang kisah hidup narapidana, mereka dapat menumbuhkan kembali rasa optimis dan percaya diri untuk menata kembali masa depan yang cerah.
Oleh karena itu, perlu diadakan pendampingan terapi menulis pada narapidana, agar apa yang mereka rasakan dapat mereka tuangkan dalam tulisan dan diharapkan tulisan tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat umum dan dapat menjadi wadah untuk memberitahukan pada dunia bahwa narapidana juga manusia yang pernah melakukan kesalahan, mereka adalah manusia biasa yang pernah khilaf, dan mereka adalah manusia yang butuh cinta dan kasih sayang dari orang-orang terdekat, bukan cacian.

0 komentar:

Posting Komentar